“kasih ibu kepada
beta,
tak terhingga sepanjang masa,
hanya memberi tak harap kembali,
bagai
sang surya menyinari dunia”
lirik lagu diatas dengan gamblang menggambarkan kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya tak ternilai dan tak mengharapkan timbal
balik apapun. Hal ini lah yang membuat Nabi Muhammad SAW, dalam HR. Bukhari no.
5971 dan Muslim no. 2548, mengatakan bahwa “berbaktilah
kepada ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu”. Begitu mulia, begitu tulus.
Tapi apa pernyataan diatas bisa kita samakan dengan
hubungan antara Jokowo dan Megawati? Seluruh rakyat Indonesia tau, bahwa Jokowi
“dilahirkan” oleh Megawati yang notabenenya petinggi dari Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP). Nama jokowi berhasil naik sedikit demi sedikit melalui
tangan sang Kanjeng Mami. Solo merupakan saksi bisu betapa keras kinerja Jokowi
hingga dipanggil untuk memimpin Jakarta. Ditengah kepemimpinannya yang baru
berumur dua tahun saat itu, beliau diminta naik menjadi wakil Partai Banteng
itu untuk maju ke Pemilu Presiden.
Mulus memang perjalanan Jokowi yang tadinya hanya seorang
pengusaha kayu dari Solo. Tapi kini nama beliau sedang tercoreng karena
dianggap hanya menjadi boneka pemerintahan. Beliau disebut-sebut akan menuruti
semua perintah yang disampaikan Kanjeng. Seperti pernyataan yang pernah
dilontarkan Megawati bahwa “Petugas
partai harus mengabdi ke partai”. Pernyataan ini yang sekarang membuat
Jokowi seolah-olah distir untuk memenuhi semua kepentingan partai diatas
kepentingan rakyat.
Seperti yang sedang santer diberitakan bahwa pembentukan
Panitia Khusus (Pansus) untuk kasus PT Pelindo II didasari pemikiran PDIP.
Padahal jika kita bandingkan dengan tingkat urgensi nya, kasus ini tidak
terlalu genting dan penyimpangannya belum diketahui sampai sekarang bernilai
berapa. Sama halnya dengan pernyataan Benny K Harman bahwa “Pelindo itu tidak ada
apa-apanya kok itu bisa dijadikan hak angket dengan membentuk pansus. Itu kasus
kecil, tidak usah diselesaikan melalui mekanisme pansus”
dalam beritasatu.com hari sabtu, 31 Oktober 2015 lalu.
Pansus ini, yang
diketuai oleh Rike Diah Pitaloka, juga dianggap mengebiri proses hukum yang
sedang berlangsung. Karena dengan ada nya pansus ini kinerja hukum menjadi
tumpang tindih dan tidak efektif. “Pansus
sangat rentan diintervensi oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan Rini
Soemarno segera meninggalkan jabatannya sebagai Menteri BUMN. Hal ini terlihat
saat pansus berlangsung kurang fokus mengungkap permasalahan pokok yang terjadi
di Pelindo II” ujar Firman Manan melaui beritasatu.com.
Sekali lagi nama Jokowi dipertaruhkan, niatnya meletakkan
Rini Soemarno yang merupakan seorang professional tanpa background politik
mejadi Menteri BUMN sekarang ditentang sang empunya partai. Kanjeng inginkan
Rini Soemarno digulingkan dari jabatannya karena dinilai tidak dapat membawa
keuntungan bagi BUMN, padahal seperti yang kita tahu selama 1 tahun berjalan
Rini sudah menjadi tangan kanan Jokowi dengan loyalitas penuh kepada Negara.
Kita juga semua tahu bahwa sebelum menjadi Menteri BUMN
hubungan Rini dan Megawati sangat dekat, sampai-sampai Kanjeng mengajukan nama
Rini menjadi salah seorang menteri pada pemerintahan Jokowi ini. Tapi hubungan
dekat yang sudah berlangsung sekitar delapan tahun itu rusak dikabarkan karena
Rini tidak memberikan akomodasi kepada Budi Gunawan untuk menjadi Kapolri.
Kini masyarakat seolah menilai Jokowi lemah tak berdaya
ditangan Megawati. Sama halnya dengan Puan Maharani yang menjadi patung
pemerintahan. Yang santer menghabiskan dana sekitar 140M untuk membuat website
revolusimental.org yang berujung cibiran pada netizen di media social. Selain
itu apa kita sudah melihat hasil kinerja nya selama memegang jabatan menjadi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
Indonesia? Jadi siapa yang pantas diReshuffle?
Semoga Jokowi dapat berfikir jernih dan menyelematkan
rakyatnya, bukan malah menyerahkan kekuasaannya ke tangan yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar