Selasa, 10 November 2015

Curahan Hati Akang dan Masyarakat

Mungkin kita sering mendengar seruan tentang “kapan ya Indonesia ini bisa maju” atau “kapan pemerintah sejalan dengan masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya”. Ya itu pasti yang ada disetiap benak warga sipil yang notebenenya tidak mempunyai kuasa dan hanya bisa mengikuti arus politik di Negara tercinta ini. Sebenarnya tidak sedikit pemuda pemudi bangsa yang rela maju dan memperbaiki ini semua, tapi mereka selalu terhalang dengan kalimat “memang dia siapa? Saya tidak pernah dengar namanya”. Banyak sekali mereka yang tidak mempunyai latar belakang tapi ingin sekali memajukan negeri tanpa pamrih harus berhenti melangkah sebelum memulai.

Mungkin mereka harus menjadi Iwan Fals agar masyarakat Indonesia yang notabennya hanya 15,73% dari mereka yang melanjutkan tingkat pendidikan hingga sarjana dapat mengerti bahwa orang tersebut layak menduduki singgahsana Pemerintahan. Tanpa peduli nantinya aspirasi mereka tersampaikan atau tidak.

Tapi kita juga harus akui banyak nama yang tidak “ber-backing” itu juga sukses berpaetisipasi untuk kemajuan Indonesia. Sebut saja salah satunya Rini Soemarno. Beliau dengan latar belakang “hanya” seorang bekas Presdir (Presiden Direktur) PT Astra Internasional, mendapat kepercayaan langsung dari Presiden Republik Indonesia yakni Bapak Jokowi untuk memainkan peran sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Kiprah Ibu dengan tiga orang anak ini sedang diujung tanduk dengan masa jabatan yang baru melangkah satu tahun. Dia yang dianggap “maling” negara dengan menghasilkan keuntungan 6,6 Triliun dari perpanjangan perjanjian kontrak kerja sama antara PT Pelindo II dengan Hutchinson Ports Holding (HPH) pada 31 Oktober yang lalu, terus menerus diminta copot jabatan.

Seolah mengubur prestasi beliau dengan berbagai persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai isu rencara penjualan aset negara demi proyek “tak jelas” (Projek Kereta Cepata Jakarta – Bandung), membuat nama Rini Soemarno terus menerus jelek.

"BUMN itu alat untuk kesejahteraan rakyat, tanggung jawab rakyat, demi kesejahteraan rakyat, kenyataannya tidak terjadi. Malah BUMN mengurangi kesejahteraan rakyat,". Pernyataan tersebut terlontar dari mulut manis Fadli Zon yang kini menjabat sebagai wakil ketua DPR yang “lahir” dari partai besutan Prabowo Subianto ini (GERINDRA) via detik.com jumat 30 oktober 2015 lalu.

Beliau menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang sangat setuju jika Rini digulingkan dari jabatannya. Fadli Zon yang mungkin sedang ingin menjalin situasi politik yang kondusif dengan parta pemenang Pemilu yakni PDI-P, menginginkan Rini diganti agar memudahkan jalan untuk mendapatkan proyek atau cipratan-cipratan dana panas dari BUMN, atau minimal pos menteri itu bisa diduduki oleh orang-orang yang mudah disetir oleh partai.

            Tapi kebanyakan mata masyakat Indonesia memang telah tertutup dari upaya-upaya Rini dalam mensejahterakan Negara ini. Projek kereta cepat yang dibuat unuk membantu transportasi di Indonesia ditentang habis-habisan. Padahal fakta nya, dengan hanya mengeluarkan 200.000 rupiah penumpang dapat sampai dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya hanya dengan 36 menit waktu perjalanan. Yang jika kita tempuh dengan menggunakan pesawat yang akan menghabiskan biaya 800.000 rupiah. Dari pada kita naik Kereta Argo Parahiyangan yang memang dengan tariff lebih murah yaitu 120.000 rupiah, tapi dengan lama perjalanan 3 jam 10 menit. Tidak efektif untuk kita yang bolak-balik Jakarta-Bandung dengan keperluan apapun termasuk bisnis.

Contoh lain masalah dana PMN (Penyetaraan Modal Negara), Menteri Rini Soemarno meminta sekitar 40 T untuk suntuikan dana perusahaan-perusahaan BUMN. Tujuannya apa? Agar projek-projek BUMN yang lagi-lagi bertujuan mensejahterakan rakyat dapat berjalan sesuai pada waktu yang direncanakan. Tapi pengajuan ini ditentang abis-abisan oleh DPR karena jumlah tersebut dianggap terlalu besar. Padahal faktanya, pada periode kepemimpinan mantan presiden SBY, beliau meminta dana PMN dua kali lipat lebih besar dibanding in, yaitu sekitar 70 T. Yang sampai sekarang kita masyarakat banyak yang tidak tahu dana itu lari kemana saja.

Masyarakat Indonesia memang gampang menyepakati apa yang dikatakan oleh media atau tokoh politik yang memang mempunyai maksut tersembunyi. Orang-orang yang bekerja berusaha memajukan Negara malah mati-matian dilongsorkan dari jabatannya agar kepentingan lain dapat mengambil posisi “empuk” itu. Nanti tibanya orang tersebut benar-benar jatuh dan malah sukses diluar sana barulah menyesal. Heraaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar