Mungkin
kita sering mendengar seruan tentang “kapan ya Indonesia ini bisa maju” atau
“kapan pemerintah sejalan dengan masyarakat tanpa mementingkan kepentingan
pribadi maupun kelompoknya”. Ya itu pasti yang ada disetiap benak warga sipil
yang notebenenya tidak mempunyai kuasa dan hanya bisa mengikuti arus politik di
Negara tercinta ini. Sebenarnya tidak sedikit pemuda pemudi bangsa yang rela
maju dan memperbaiki ini semua, tapi mereka selalu terhalang dengan kalimat
“memang dia siapa? Saya tidak pernah dengar namanya”. Banyak sekali mereka yang
tidak mempunyai latar belakang tapi ingin sekali memajukan negeri tanpa pamrih
harus berhenti melangkah sebelum memulai.
Mungkin
mereka harus menjadi Iwan Fals agar masyarakat Indonesia yang notabennya hanya
15,73% dari mereka yang melanjutkan tingkat pendidikan hingga sarjana dapat
mengerti bahwa orang tersebut layak menduduki singgahsana Pemerintahan. Tanpa
peduli nantinya aspirasi mereka tersampaikan atau tidak.
Tapi
kita juga harus akui banyak nama yang tidak “ber-backing” itu juga
sukses berpaetisipasi untuk kemajuan Indonesia. Sebut saja salah satunya Rini
Soemarno. Beliau dengan latar belakang “hanya” seorang bekas Presdir (Presiden
Direktur) PT Astra Internasional, mendapat kepercayaan langsung dari Presiden
Republik Indonesia yakni Bapak Jokowi untuk memainkan peran sebagai Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kiprah
Ibu dengan tiga orang anak ini sedang diujung tanduk dengan masa jabatan yang
baru melangkah satu tahun. Dia yang dianggap “maling” negara dengan menghasilkan
keuntungan 6,6 Triliun dari perpanjangan perjanjian kontrak kerja sama antara
PT Pelindo II dengan Hutchinson Ports Holding (HPH) pada 31 Oktober yang lalu,
terus menerus diminta copot jabatan.
Seolah
mengubur prestasi beliau dengan berbagai persepsi yang berkembang di masyarakat
mengenai isu rencara penjualan aset negara demi proyek “tak jelas” (Projek
Kereta Cepata Jakarta – Bandung), membuat nama Rini Soemarno terus menerus
jelek.
"BUMN
itu alat untuk kesejahteraan rakyat, tanggung jawab rakyat, demi kesejahteraan
rakyat, kenyataannya tidak terjadi. Malah BUMN mengurangi kesejahteraan
rakyat,". Pernyataan tersebut terlontar dari mulut manis Fadli Zon yang
kini menjabat sebagai wakil ketua DPR yang “lahir” dari partai besutan Prabowo Subianto
ini (GERINDRA) via detik.com jumat 30 oktober 2015 lalu.
Beliau
menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang sangat setuju jika Rini
digulingkan dari jabatannya. Fadli Zon yang mungkin sedang ingin menjalin
situasi politik yang kondusif dengan parta pemenang Pemilu yakni PDI-P,
menginginkan Rini diganti agar memudahkan jalan untuk mendapatkan proyek atau
cipratan-cipratan dana panas dari BUMN, atau minimal pos menteri itu bisa
diduduki oleh orang-orang yang mudah disetir oleh partai.
Tapi kebanyakan mata masyakat Indonesia memang telah tertutup dari upaya-upaya
Rini dalam mensejahterakan Negara ini. Projek kereta cepat yang dibuat unuk
membantu transportasi di Indonesia ditentang habis-habisan. Padahal fakta nya,
dengan hanya mengeluarkan 200.000 rupiah penumpang dapat sampai dari Jakarta ke
Bandung atau sebaliknya hanya dengan 36 menit waktu perjalanan. Yang jika kita
tempuh dengan menggunakan pesawat yang akan menghabiskan biaya 800.000 rupiah.
Dari pada kita naik Kereta Argo Parahiyangan yang memang dengan tariff lebih
murah yaitu 120.000 rupiah, tapi dengan lama perjalanan 3 jam 10 menit. Tidak
efektif untuk kita yang bolak-balik Jakarta-Bandung dengan keperluan apapun
termasuk bisnis.
Contoh
lain masalah dana PMN (Penyetaraan Modal Negara), Menteri Rini Soemarno meminta
sekitar 40 T untuk suntuikan dana perusahaan-perusahaan BUMN. Tujuannya apa?
Agar projek-projek BUMN yang lagi-lagi bertujuan mensejahterakan rakyat dapat
berjalan sesuai pada waktu yang direncanakan. Tapi pengajuan ini ditentang
abis-abisan oleh DPR karena jumlah tersebut dianggap terlalu besar. Padahal
faktanya, pada periode kepemimpinan mantan presiden SBY, beliau meminta dana
PMN dua kali lipat lebih besar dibanding in, yaitu sekitar 70 T. Yang sampai
sekarang kita masyarakat banyak yang tidak tahu dana itu lari kemana saja.
Masyarakat
Indonesia memang gampang menyepakati apa yang dikatakan oleh media atau tokoh
politik yang memang mempunyai maksut tersembunyi. Orang-orang
yang bekerja berusaha memajukan Negara malah mati-matian dilongsorkan dari
jabatannya agar kepentingan lain dapat mengambil posisi “empuk” itu. Nanti
tibanya orang tersebut benar-benar jatuh dan malah sukses diluar sana barulah
menyesal. Heraaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar