Siapa atau apa sih sebenarnya PT.
Freeport Indonesia ini, sehingga bisa jadi hot new di Indonesia saat ini?
Mungkin harus kita bedah dulu sebenarnya dia itu apa.
PT. Freeport Indonesia adalah sebuah
perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PT Freeport
Indonesia menambang, memproses, melakukan eksplorasi terhadap bijih yang
mengandung tembaga, emas dan perak. PT Freeport memasarkan konsentrat yang
mengandung tembaga, emas, dan perak ke seluruh penjuru dunia. Berawal dari
ekspedisi lembaga swasta asal Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig
Genootschap (KNAG) yang ingin menelusuri Papua Barat Daya yang konon menurut
catatan Kapten Johan Carsztensz mengenai pegunungan salju yang berada di tanah Papua
tersebut. Alih-alih menemukan gunung salju tersebut pada pertengahan tahun
1930, dua pemuda Belanda yakni Colijn dan Dozy, yang merupakan pegawai
perusahaan minyak NNGPM yang bercita-cita juga menemukan gunung salju itu malah
membuka jalan bagi pembukaan pertambangan pertama di Papua empat puluh tahun
kemudian.
Singkat cerita pada awal periode
pemerintahan Soeharto, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU
No. 1 tahun 1967). Barulah Langbourne Williams,
pimpinan tertinggi Freeport pada saat itu, melihat adanya peluang besar untuk
mengembangkan perusahaannya. Lalu perlahan PT Freeport dan pemerintah mulai
membenahi Papua yang dimulai pada tahun 1970 dengan membangun rumah-rumah yang
layak huni di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di
sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika. Lalu presiden
Soeharto menamai kota tersebut menjadi Tembagapura. Dari situlah perlahan
ekonomi kota yang terpencil dari gemelap ibu kota itu mulai bangkit. Sehingga
dibuatlah Bandar Udara yang sekarang menjadi kota Timika.
Lalu apa Freeport
masih dibilang merugikan Negara? Lalu sekarang mulai membawa isu-isu nasionalis
yang mengharuskan pemerintah tidak memperpanjang kontraknya dengan Freeport.
Ini semua salah kaprah. Coba kita lihat lagi dari segala arah, mulai dari
sejarah, pengaruh, hingga efek yang ditimbulkan dengan adanya kerjasama dengan
PT Freeport ini. Sekali lagi ini murni bisnis. Faktanya Indonesia memang belum
mampu mengelola kekayaan alamnya yang butuh modal amat sangat besar ini
sendirian. Kita memang butuh sokongan. Sekarang coba kita lihat apa yang kini
dialami oleh PT Freeport dengan adanya kasus “Papa Minta Saham”, sahamnya jatuh
dari level 11 usd ke level 6 usd. Betapa hebatnya dampak yang Setya Novanto
buat.
Sebenarnya Presiden
Jokowi telah mengambil keputusan yang bijak dengan menunda perpanjang kotrak
dua tahun lagi. Dan beliau juga meminta 5 syarat untuk diajukan demi
perpanjangan kontrak yang isinya bagus untuk perkembangan Papua sendiri dan
bagi perbaikan perekonomian Indonesia. Sekarang mata rakyat sedang meneriakkan
masalah nasionalisme yang akan rusak kalau kontrak ini terus diperpanjang, tapi
mereka tidak berpikir dua sisi apa yang akan terjadi jika kontrak ini
dihentikan.
Kita lihat dampaknya,
pertama Freeport akan rontok sedikit demi sedikit, kedua akan terjadi PHK
secara besar-besaran meliputi pegawai dalam negeri terutama rakyat papua,
ketiga isu separatisme akan muncul, dan seperti yang kita tahu tanah papua
memang rentan dengan isu ini yang bisa berujung pada perpecahan, dan pada
akhirnya pemerintah yang diminta bertanggung jawab memperbaiki ini semua,
sedangkan mereka belum siap. Tingggal hitung mundur kehancuran Negara jika ini
terjadi.
Sebenarnya Setya
Novanto memang dari awal tidak berwenang dalam perpanjangan kasus ini yang
harusnya memang ditangani oleh legislatif. Sekali lagi dia melangkahi kakinya
ke jalan yang tidak seharusnya menjadi lahan dan tanggung jawabnya. Bukannya
memperbaiki, malah terbukti mengobrak-abrik semuanya. Jadi sekarang bagaimana
tanggapan rakyat Indonesia? Masihkah termakan Nasionalisme jika memang inilah
yang sebenarnya terjadi. Kita memang perlahan harus melepas Freeport demi
kemajuan Negara sendiri, tapi nanti jika memang pemerintah punya modal yang
sangat besar dan kesiapan yang sangat matang. Memang PT Freeport Indonesia ini
bisa di kelola Indonesia dan full untuk kepentingan Indonesia, tapi tidak
sekarang. Sekarang piker, kenapa Setya Novanto meminta saham? Karena dia
memanfaatkan pengetahuan masyarakat kebanyakan yang tahu kalau Papua itu
dijajah Freeport.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar